Cool Blue Outer Glow Pointer
Madrasah Aliyah Negeri Tuban. Jalan HOS Cokroaminoto 4, Tuban. (0356)321701

Monday, December 17, 2012

Kemenangan Teater Pena Armanter Pada Perlombaan Fragmen Budi Pekerti



Teater Pena Armanter salah satu organisasi ekstrakulikuler yang ada di Madrasah Aliyah Negeri Tuban. Pada tahun ini Teater Pena Armanter telah membawa nama harum Madrasah Aliyah Negeri Tuban dengan memenangkan perlombaan fragmen budi pekerti yang diadakan di Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Tuban dengan membawa Juara 1 Artistik Terbaik, Juara 3 Sutradara Terbaik, Juara 3 Aktor Terbaik, dan Juara 3 Penyaji Terbaik.

Dengan naskah yang berjudul "Salah Siapa" yang di Sutradarai oleh Moh. Mundir, dengan membawa pesan moral kepada kita bahwa bagaimana pedihnya hidup dalam kemiskinan.

Dengan keberhasilan yang diperoleh Teater Pena Armanter, mereka pun di undang untuk mengisi acara pada penutupan pameran lukisan di Aula Radio Pradya Swara.

Berikut sekilas cerita dalam naskah "Salah Siapa" yang ditampilkan pada acara penutupan pameran lukisan di Aula Radio Pradya Swara. Fakri si anak janda miskin yang terpaksa putus sekolah lantaran terhalang biaya. Ia terpaksa masuk lingkaran kriminalitas. Namun tragis, sebab Anak Baru Gede (ABG) itu harus kehilangan masa depan selama-lamanya. Hidupnya berakhir di rel kereta api bersama kakaknya. Ia tersambar kereta api dan tamatlah riwayatnya.

“ Ya demikian itu nasib orang miskin. Karena kemiskinannya ia terpaksa berbuat kriminal. Tapi apa boleh buat ia tidak bisa lepas dari penderitaan, justru ia mengalami penderitaan yang makin pedih. Bukan hanya dikucilkan masyarakat, diburu petugas, tetapi juga terpaksa menyerahkan kematiannya pada kereta api,” kata Teguh Sutrisno sang penulis naskah, selepas pementasan fragmen Salah Siapa di Aula Radio Pradya Swara, Kamis malam (22/11) lalu.

Muhammad Mundhir yang bertindak sebagai sutradara menambahkan, lakon tersebut sebenarnya ingin menyampaikan pesan pada masyarakat, bahwa penyelesaian masalah kemiskinan dengan terjun ke dunia kriminal tetap bukan sebuah penyelesaian yang tepat.

Sebab apapun alasannya, perilaku merugikan orang lain dan diri sendiri tetaplah sebuah tindakan salah, dan karenanya harus mendapat sanksi. Tetapi juga tidak sepenuhnya benar jika membebankan kesalahan pada si pelaku atau orang-orang yang terkait dengan si pelaku tindak kriminal. Sebab akar masalahnya adalah kemiskinan, bukan lantaran si pelaku punya karakter bawaan untuk menjadi penjahat.

“ Kemiskinan itu kan sebab adanya ketidak adilan. Lha ketidakadilan itu terjadi karena sistem yang diciptakan memang sengaja dibikin tidak adil. Makanya kita bertanya, sebenarnya salah siapa ketika seorang pelajar seperti Fakri itu tiba-tiba menjadi pelaku kejahatan,” tanya Mundir.

Fragmen berdurasi 30 menit itu sayangnya tak terlalu menyedot animo penonton. Pesan yang disampaikan mungkin sangat mudah ditangkap, karena memang disajikan sedemikian lugas. Hanya saja alur cerita sedikit terganggu dengan kehadiran empat pelakon lain yang tidak jelas perannya di pentas.

Dua pelakon pria dan dua pelakon wanita, dengan dandanan ala aktor pantomin, seolah berdiri sebagai cerita sendiri dan terpisah dari alur cerita yang dipentaskan malam itu. Dua pelakon wanita berparas aktrees pantomin sesekali memang merespon para pelakon utama, namun keterputusan dengan alur cerita masih demikain jelas tampak. Sebab aktor-aktor utama tak memberi respon balik.

“ Empat aktor bergaya pantomin itu mungkin dibutuhkan untuk kelengkapan properti. Tapi justru malah mengaburkan penampilan aktor utama,” komentar Siswandi, “baurekso” Teater Pribumi.

Teguh maupun Mundhir berdalih, empat aktor pantomin tersebut dihadirkan untuk memberi sedikit muatan komedi agar penonton tidak jenuh. Mereka mengatakan, fragmen Salah Siapa itu semula memang sengaja digarap untuk acara Pentas Fragmen Budipekerti yang digelar Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Tuban beperapa waktu lalu.




(Edited After from Kota Tuban.com)

No comments:

Post a Comment